18 research outputs found

    Hubungan usia terhadap kejadian post anesthetic shivering (pas) pada pasien dengan spinal anestesi di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta

    Get PDF
    Latar Belakang: Kejadian post anesthetic shivering merupakan salah satu komplikasi yang terjadi pada pasien pasca operasi dengan spinal anestesi. Shivering dapat meningkatkan kebutuhan oksigen dan produksi CO2, menigkatkan metabolisme tubuh, hingga meningkatkan nyeri pasca bedah. Salah satu faktor penyebab shivering adalah usia karena berkaitan dengan anatomi, fisiologi serta kemampuan termoregulasi yang berbeda pada setiap kelompok usia. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan usia terhadap kejadian post anesthetic shivering pada pasien dengan spinal anestesi di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Metode Penelitian: Jenis penelitian korelasional dengan pendekatan cross sectional. Penelitiam dilakukan pada bulan Februari sampai Maret 2022. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien usia remaja, usia dewasa dan usia lansia yang telah menjalani operasi dengan spinal anestesi di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Jumlah sampel menggunakan teknik purposive sampling dengan jumlah 40 sampel. Analisa data menggunakan spearman rho. Hasil: Uji korelasional menggunakan spearman rho menunjukkan hasil adanya hubungan antara usia terhadap kejadian post anesthetic shivering yang ditunjukkan dengan hasil nilai significancy P value <0.05 (P = 0.019 < 0.05) dengan nilai koefisien korelasi 0.368 yaitu hubungan cukup. Kesimpulan: Penelitian ini menunjukan ada hubungan usia terhadap kejadian post anesthetic shivering pada pasien dengan spinal anestesi, dengan nilai koefisien korelasi yaitu hubungan cukup. Saran: Diharapkan dapat menjadi tambahan informasi dan pengembangan keilmuan dalam pemberian pelayanan anestesi kepada pasien yang menjalani operasi mulai sebelum anestesi hingga pasca anestesi

    Hubungan antara usia dengan kejadian hipotermi pasien pasca operasi dengan general anestesi di RS PKU Muhammadiyah Bantul

    Get PDF
    Latar belakang: Pembedahan adalah suatu cara pengobatan secara invasif yang dilakukan dengan membuat sayatan pada bagian tubuh manusia. Tindakan ini diberikan jika bagian dari tubuh manusia yang mengalami gangguan atau sakit berada di bagian dalam tubuh. General anestesi merupakan tindakan meniadakan nyeri secara sentral disertai hilangnya kesadaran secara reversible. Tindakan general anestesi memiliki beberapa komplikasi pasca operasi salah satunya adalah hipotermi. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya hipotermi pasca operasi termasuk usia. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara usia dengan kejadian hipotermi pasien pasca operasi dengan general anestesi. Metode penelitian: Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain penelitian survei cross sectional. Tehknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling yang berjumlah 40 responden dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Instrumen dalam penelitian ini berupa lembar observasi dan termometer suhu tubuh. Pengumpulan data dilakukan dengan lembar observasi dan Analisa data di lakukan menggunakan uji korelasi chi-square. Hasil penelitian: Dari 40 sampel yang diperoleh, didapatkan 10 pasien (25%) dari masing-masing 4 kategori usia (Anak, remaja, dewasa dan lansia). Berdasarkan hasil uji distribusi frekuensi didapatkan hasil 17 pasien (42.5%) mengalami hipotermi berat, 10 pasien (25.5%) mengalami hipotermi sedang dan 13 pasien (32.5%) mengalami hipotermi ringan. Hasil uji korelasi Spearman untuk mengetahui adanya hubungan antara usia dengan kejadian hipotermi pasien pasca operasi dengan general anestesi di dapatkan hasil 0,002 ( p <0,05), maka artinya terdapat hubungan yang signifikan (berarti) antara variabel independen dan variabel dependen. Simpulan: Ada hubungan yang signifikan antara usia dengan kejadian hipotermi pasien pasca operasi dengan general anestesi. Saran:Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan pengembangan keilmuan anestesi terkait penanganan dan pencegahan resiko hipotermi pasien pasca operasi dengan general anestesi

    Pengaruh terapi musik terhadap penurunan intensitas nyeri pada pasien pasca operasi sectio caesarea di RS PKU Muhammadiyah Gamping Yogyakarta

    Get PDF
    Latar belakang: Sectio caesarea merupakan suatu pembedahan yang bertujuan untuk melahirkan janin lewat insisi pada dinding abdomen dalam keadaan utuh.Setelah dilakukan tindakan operasi pasien akan mulai sadar dan merasakan nyeri pada area tubuh yang terluka akibat pembedahan di area perut pada pasien post sectio caesarea. Nyeri merupakan pengalaman yang tidak menyenangkan dan pengalaman sensorik yang multidimensional akibat rusaknya jaringan secara actual maupun potensial. Terapi musik bisa dijadikan sebagai teknik pengobatan tunggal pada nyeri berat-sedang dan sekaligus sebagai terapi alternatif pendamping pengobatan analgetik non opioid pada nyeri berat tergantung pada kondisi pasien. Tujuan : tujuan penelitian ini untuk mengetahui Pengaruh terapi musik terhadap penurunan intensitas nyeri pasca operasi Sectio caesarea. Metode penelitian : penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode Pre Eksperimental Design dengan one group pretest-posttest design.Teknik pengambilan sampling menggunakan teknik Purposive sampling yang berjumlah 16 responden dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji wiloxcon. Hasil: Sebelum dilakukan terapi musik klasic rata rata tingkat nyeri yaitu nyeri Sedang dengan jumlah 10 responden (62.5%), dan sesudah pemberian terapi musik, yaitu nyeri Ringan dengan jumlah 10 responden (62.5%). Hasil uji wiloxcon untuk mengetahui Pengaruh terapi musik terhadap penurunan intensitas nyeri pasca operasi Sectio caesarea diperoleh hasil dengan significancy p value 0,001 lebih kecil dari 0,05 (p = 0,001 < 0,05), artinya terdapat Pengaruh yang signifikan antara variable indipenden dengan variable dependen. Kesimpulan: H0 ditolak Ha diterima yang berarti ada pengaruh terapi musik terhadap penurunan intensitas nyeri pada pasien pasca operasi Sectio caesarea di RS PKU muhammadiyah Gamping yogyakarta. Saran : Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi,referensi, dan pembanding untuk penelitian selanjutnya dalam melaksanakan penelitian yang berhubungan dengan terapi musik dalam menurunkan intensitas nyeri

    Faktor-faktor yang berhubungan dengan stres kerja pada penata anestesi saat pandemi Covid-19 di Provinsi Kalimantan Timur

    Get PDF
    Latar belakang: pada tanggal 11 Maret 2020 WHO mengumumkan Covid-19 sebagai pandemi di dunia hingga menyebabkan tenaga kesehatan menghadapi tantangan yang lebih besar dari sebelumnya. Pada tanggal 29 Agustus 2021 sebanyak 1967 tenaga kesehatan Indonesia gugur dalam melawan Covid-19. Kalimantan Timur menjadi salah satu dari 10 besar provinsi dengan jumlah kematian tenaga kesehatan tertinggi di Indonesia. Gangguan stres telah dilaporkan dan dipublikasikan selama pandemi Covid-19 di berbagai negara termasuk gangguan stres pada tenaga kesehatan di Indonesia. Penata anestesi merupakan salah satu dari tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan saat pandemi Covid- 19 dan beresiko untuk mengalami stres kerja. Tujuan: penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan stres kerja pada penata anestesi saat pandemi Covid-19 di Provinsi Kalimantan Timur. Metode penelitian: jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain penelitian deskriptif sederhana. Teknik pengambilan sampel menggunakan kuesioner dengan total sampling yang berjumlah 76 responden. Analisa data dilakukan dengan uji eta dan uji spearman’s rho. Hasil: mayoritas penata anestesi di Provinsi Kalimantan Timur mengalami stres kerja pada tingkat sedang sebanyak 61 orang (80.3%), berjenis kelamin laki-laki sebanyak 56 orang (73.7%), berusia 22 – 40 tahun sebanyak 39 orang (51.3%), memiliki masa kerja >15.89 tahun sebanyak 46 orang (60.5%), memiliki beban kerja sedang sebanyak 68 orang (89.5%), faktor jenis kelamin (p: 0.076), faktor usia (p: 0.225), faktor masa kerja (p: 0.001), dan faktor beban kerja (p: 0.000). Kesimpulan : tidak ada hubungan jenis kelamin dan usia tetapi ada hubungan masa kerja dan beban kerja terhadap stres kerja penata anestesi. Saran : penata anestesi diharapkan untuk lebih memperhatikan faktor yang mempengaruhi stres kerja sehingga dapat melakukan hal-hal preventif dalam menangani stres kerja

    Hubungan indeks massa tubuh dengan kejadian Shivering pada pasien post operasi dengan Spinal Anestesi di Recovery Room RSUD DR. Soedirman Kebumen

    Get PDF
    Latar belakang: Post Anesthetic Shivering (PAS) adalah salah satu komplikasi potensi anestesi yang dapat meningkatkan morbiditas pasien suatu fasikulasi otot rangka yang berlangsung lebih dari 15 detik, Post Anesthetic Shivering (PAS) dapat menyebabkan pasien mengalami berbagai efek samping salah satunya adalah ketidaknyamanan pasien karena sensasi dingin atau peningkatan rasa nyeri yang disebabkan oleh kontraksi otot di daerah dilakukannya operasi, Kejadian shivering pasca anestesi bisa terjadi karena beberapa faktor, diantaranya adalah usia, jenis kelamin, indeks masa tubuh. Tujuan: penelitian ini adalah Diketahuinya hubungan indeks massa tubuh dengan kejadian shivering pada pasien pasien post operasi dengan spinal anestesi. Metode penelitian: Jenis penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain penellitian observasional analitik, peneliti melakukan observasi terhadap kejadian shivering dan indeks massa tubuh dengan satu kali pengukuran dengan menggunakan lembar observasi. Sampel dalam penelitian ini adalah sejumlah 49 responden dengan teknik Non probality sampling (Purposive Sampling). Pengumpulan data menggunakan lembar observasi derajat shivering Alfonsi. Dalam penelitain ini analisa data menggunakan uji spearman-rho. Hasil penelitian: didapatkan Karakteristik responden berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT), sebagian besar responden adalah termasuk kategori Normal yaitu sebanyak 20 responden (40,8%). Karakteristik responden berdasarkan Kejadian Shivering, sebagian besar responden adalah termasuk kategori Shivering sedang yaitu sebanyak 16 responden (32,7%). Hasil uji didapatkan nilai dengan significancy p value 0,022 lebih kecil dari 0,05 (p = 0,022 < 0,05. Kesimpulan: Ada hubungan antara Indeks masa tubuh dengan kejadian Shivering pada pasien post operasi dengan spinal anestesi di Recovery room Rsud Dr. Soedirman Kebumen

    Pengaruh video animasi terhadap tingkat kecemasan preoperasi pada anak usia prasekolah di RSU PKU Muhammadiyah Bantul

    Get PDF
    Latar Belakang: Kecemasan merupakan respon yang sering dialami anak preopersi. Salah satu terapi yang bisa menurunkan kecemasan anak prasekolah adalah dengan melakukan tindakan pemberian pendidikan yang dikemas dengan menarik menggunakan video animasi tertentu, sehigga terapi ini dapat lebih menarik perhatian anak secara efektif dan memberikan efek sugesti dalam meminimalkan tingkat kecemasan pada anak preoperasi. Tujuan: Menganalisa pengaruh video animasi terhadap tingkat kecemasan preoperasi pada anak usia prasekolah. Metode Penelitian: Menggunakan metode kuantitatif dengan desain penelitian eksperimen berupa pre-experimental design tipe one group pretest-posttest. Sampel dalam penelitian ini adalah anak usia 3-6 tahun sejumlah 40 responden dengan teknik accidental sampling. Pengumpulan data menggunakan lembar observasi visual facial anxiety scales. Dalam penelitain ini analisa data menggunakan uji Wilcoxon. Hasil: Didapatkan jumlah responden terbanyak berdasarkan nilai tingkat kecemasan preoperasi sebelum terapi, yaitu cemas sedang dengan jumlah 27 responden (67,5%), berdasarkan nilai tingkat kecemasan preoperasi setelah terapi, yaitu cemas ringan - sedang dengan jumlah 23 responden (57,5%), dan hasil uji beda Wilcoxon signed rank test didapatkan p value sebesar 0.000 < ? (0,05) sehingga H0 ditolak H1 diterima. Kesimpulan: Ada pengaruh video animasi terhadap tingkat kecemasan preoperasi pada anak usia prasekolah di RSU PKU Muhammadiyah Bantul

    Pengaruh kepatuhan pengisian surgical safety checklist terhadap patient safety di instalasi bedah sentral literature review

    Get PDF
    Latar Belakang: Surgical safety checklist merupakan suatu alat atau sistem yang sangat penting dalam penerapan patient safety selama pembedahan khususnya di dalam ruang operasi. Salah satu program patient safety di IBS adalah penerapan surgical safety checklist yang diakui penting oleh tim bedah dalam mengurangi angka mortalitas dan morbiditas pasca pembedahan dan meningkatkan patient safety. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kepatuhan pengisian surgical safety checklist terhadap patient safety di IBS. Metode: Metode penelitian menggunakan literature review, dengan menggunakan pencarian database Garuda, PubMed dan Science direct. Penelusuran jurnal yang digunakan dari 1 Januari 2017-1 Januari 2022. Seleksi literature dengan naskah sesuai topik penelitian dengan desain cross sectional. Hasil: Penelusuran literature didapatkan hasil bahwa kepatuhan dalam pengisian surgical safety checklist meningkatkan program patient safety di IBS dan mengurangi angka kematian bedah di seluruh dunia. Simpulan: Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa adanya pengaruh kepatuhan surgical safety checklist terhadap patient safety di Instalasi Bedah Sentral. Saran: Bagi tim bedah diharapkan mematuhi dan menerapkan Standar Operasional Prosedur (SOP) dengan menggunakan surgical safety checklist sebagai alat atau sarana yang penting dalam penerapan patient safety khususnya di ruang operasi

    Hubungan lama operasi dengan kejadian shivering pada pasien post spinal anestesi di recovery room RSUD dr. Soedirman Kebumen

    Get PDF
    Latar belakang : Risiko terjadinya shivering akan semakin tinggi jika durasi waktu operasi atau pembedahan semakin lama, karena akan menambah waktu terpaparnya tubuh dengansuhu dingin serta menimbulkan akumulasi efek samping anestesi spinal tersebut.Shiveringpost anestesi atau post anesthesia shivering adalah pergerakan otot berulang dan involunter yang bertujuan untuk mengkompensasi hipotermia yang diakibatkan oleh penurunan suhu tubuh yang berlebih. Insiden initerjadi pada 33-56,7% pasien dengan anestesi regional dan sekitar 5-65% pada pasien dengan anestesi umum. Tujuan : Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan lama operasi dengan kejadian shivering pada pasien post spinal anestesi di recovery room RSUD dr. Soedirman Kebumen. Metode : Penelitian ini menggunakan jenis penelitian korelasional dengan pendekatan cross-sectional, pengambilan sampel dengan purposive sampling. Sampel penelitian berjumlah 59 responden pasien post spinal anestesi. Hasil : Hasil uji hubungan antara lama operasi dengan kejadian shivering pada pasien post spinal anestesi menggunakan uji spearman rank didapatkan nilai signifikan p value sebesar 0.000 ( ? < 0,05 ). Kesimpulan : Terdapat hubungan antara lama operasi dengan kejadian shivering pada pasien post spinal anestesi di recovery room RSUD dr. Soedirman Kebume

    Hubungan lama puasa dengan kejadian mual muntah pada pasien post operasi section caesarea dengan tindakan spinal anestesi di RSUD dr. Soedirman Kebumen

    Get PDF
    Latar Belakang: Mual muntah post operasi adalah salah satu efek samping yang paling umum dari anestesi spinal. Mual muntah dapat disebabkan karna beberapa faktor diantaranya jenis operasi, metode anestesi, obesitas, dan lama puasa pre anestesi, dan apabila mual muntah tidak segera ditangani maka akan menyebabkan komplikasi diantaranya dehidrasi, hipertensi dan perdarahan, ketidakseimbangan elektrolit, ruftur esofagus dan gangguan jalan nafas. Tujuan: Mengetahui hubungan lama puasa dengan kejadian mual muntah pada pasien post operasi sectio caesarea dengan tindakan spinal anestesi di RSUD Dr. Soedirman Kebumen. Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain penelitian deskriptif korelatif. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik accidental sampling dengan besar sampel sebanyak 59 responden pada post operasi di ruang recovey room RSUD Dr. Soedirman Kebumen. Data yang didapat dianalisis menggunakan uji korelasi Eta. Hasil: Hasil analisis data menggunakan uji statistik Eta diperoleh nilai significancy p value sebesar 0,006 (p<0,05) dengan koefisien korelasi sebesar 0,587 menunjukkan terdapat korelasi yang sangat kuat antara kedua variabel. Kesimpulan: Terdapat hubungan antara lama puasa dengan dengan kejadian mual muntah pada pasien post operasi sectio caesarea dengan tindakan spinal anestesi di RSUD Dr. Soedirman Kebumen dengan nilai significancy p value sebesar 0,006 < 0,05. Saran: Diharapkan untuk peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian lanjutan terkait hubungan lama puasa dengan kejadian mual muntah pada pasien post operasi sectio caesarea, serta bagi unit pelayanan kesehatan diharapkan dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk mencegah dan memberikan intervensi kepada pasien post operasi sectio caesarea untuk mengurangi mual muntah yang dialami pasien

    Hubungan intensitas nyeri dengan kualitas tidur pada pasien pasca pembedahan di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta

    Get PDF
    Latar Belakang : Pembedahan atau operasi merupakan tindakan invasife dengan menggunakan cara membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani, biasanya dilakukan dengan membuat sayatan pada bagian tubuh tertentu. Meskipun tindakan pembedahan dapat menyelamatkan jiwa, pembedahan juga dikaitkan dengan potensial komplikasi yang muncul setelahnya seperti nyeri saat dan paska pembedahan dan infeksi. Manajemen nyeri paska pembedahan yang buruk dapat menimbulkan gangguan tidur, dan kecemasan. Tujuan Penelitian : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan intensitas nyeri dengan kualitas tidur pada pasien pasca pembedahan. Metode Penelitian : Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain penelitian survei cross sectional. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling yang berjumlah 40 responden dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Analisa data di lakukan menggunakan uji korelasi eta dan uji korelasi rank spearman. Hasil : Hasil uji korelasi rank spearman nilai signifikan sebesar 0,018 < 0,05 menunjukkan bahwa hubungan yang signifkan antara intensitas nyeri dengan usia. Dan hasil uji korelasi eta diperoleh nilai signifikan sebesar 0,000 < 0,05 menunjukan ada hubungan antara intensitas nyeri dengan jenis kelamin responden. Sedangkan hasil uji korelasi eta untuk mengetahui hubungan antara intensitas nyeri dengan kualitas tidur didapatkan hasil 0,000 (p<5 0,05) artinya ada hubungan yang signifikan antara variable independent dan variable dependen. Simpulan : Ada hubungan yang signifikan antara intensitas nyeri dengan kualitas tidur pada pasien pasca pembedahan. Saran : Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan membandingkan intensitas nyeri dan kualitas tidur pada pembedahan tertentu
    corecore